1.latar belakang
Anggrek atau Orchidaceae termasuk dalam
keluarga tanaman bunga-bungaan.
Anggrek terdapat
pada hutan yang gelap, di lereng yang terbuka, pada batu karang yang terjal,
pada batu-batuan
di daerah pantai dengan garis pasang surut tinggi. Bahkan di tepi gurun pasir
pun anggrek dapat ditemukan. Tumbuh dari Kutub Utara sampai daerah Katulistiwa
dan selatan pada semua benua kecuali Antartika (Rudhy, 2006).
Anggrek adalah tumbuhan yang dikenal
sebagai tanaman yang mempunyai bunga
indah,
mempesona dan menakjubkan. Anggrek juga
sebagai salah satu keluarga terbesar di dunia tumbuhan, yang diperkirakan
mempunyai 25.000 jenis alam dan 110.000 hibrida yang telah resmi tercatat di
Royal Horticultural Society, menjadikan anggrek adalah jenis tumbuhan yang
paling banyak macamnya (Dressler, 1982).
Perbanyakan tanaman secara
vegetatif merupakan alternatif untuk
mendapatkan tanaman baru yang mempunyai sifat sama dengan induknya dalam jumlah
besar. Perbanyakan secara vegetatif dengan sistem konfensional, umumnya masih
memerlukan waktu yang cukup lama. Oleh karena itu, saat ini di beberapa negara
maju telah banyak dikembangkan suatu sistem perbanyakan tanaman secara
vegetatif yang lebih cepat dengan hasil yang lebih banyak lagi, yaitu dengan Sistem
Kultur Jaringan.
Kultur Jaringan sering
disebut juga perbanyakan tanaman secara in vitro, yaitu budidaya tanaman yang
dilaksanakan dalam botol-botol dengan media khusus dan alat-alat yang serba
steril. Sistem perbanyakan tanaman dengan kultur jaringan ini dapat
menghasilkan tanaman baru dalam jumlah yang banyak dan dalam waktu yang
singkat. Tanaman baru yang dihasilkkan mempunyai sifat-sifat biologis yang sama
dengan sifat induknya. Sistem budidaya jaringan juga memiliki keuntungan lain
yaitu penghematan tenaga, waktu, tempat dan biaya
2. cerita singkat kultur jaringan
Pelaksanaan perbanyakan
tanaman di Indonesia dengan sistem kultur jaringan sampai saat ini memang masih
terbatas dikalangan ilmuwan, peneliti pada perkebunan, instansi yang terkait
dengan pertanian, biologi, farmasi dan dikalangan perguruan tinggi. Sumber
informasi tentang kultur jaringan juga masih sangat minim, hanya sesekali dapat
diketahui melalui sarana komunikasi surat kabar, majalah, radio, televisi.
Sumber pustaka mengenai petunjuk praktis
pelaksanaan kultur jaringan juga masih sulit didapatkan, kalaupun ada masih
sangat sukar dimengerti oleh kalangan petani. Padahal perbanyakan tanaman
dengan sistem kultur jaringan mempunyai prospek yang sangat baik dihari-hari mendatang,
sebab perbanyakan tanaman dengan sistem ini memiliki banyak keuntungan baik
dari segi hasil, biaya, tenaga, tempat maupun waktu (Sriyanti dan Wijayani,
1994).
3.cara kultur
Teknik kultur jaringan
menuntut syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi dalam pelaksanaannya.
Syarat pokok pelaksanaan kultur jaringan adalah laboratorium dengan segala
fasilitasnya. Laboratorium harus menyediakan alat-alat kerja, sarana pendukung
terciptanya kondisi aseptik terkendali dan fasilitas dasar seperti, air,
listrik dan bahar bakar.
Pelaksanaan kultur jaringan
memerlukan juga perangkat lunak yang memenuhi syarat kimia, proses fisiologi
tanaman (biokimia dan fisika) dan berbagai macam pekerjaan analitik. Dalam
melakukan pelaksanaan kultur jaringan, pelaksana harus mempunyai latar belakang
ilmu-ilmu dasar tertentu yaitu botani, fisiologi tumbuhan, kimia dan fisika yang memadai. Pelaksana akan
berkecimpung dalam pekerjaan yang berhubungan erat dengan ilmu-ilmu dasar tersebut. Pelaksana juga dituntut dalam
hal ketrampilan kerja, ketekunan dan kesabaran yang tinggi serta harus bekerja
intensif (Sriyanti dan Wijayani, 1994).
4.pengenalan kultur
Kultur jaringan sudah diakui sebagai metode baru dalam perbanyakan tanaman. Tanaman yang pertama berhasil diperbanyak secara besar-besaran vii melalui kultur jaringan adalah tanaman anggrek, menyusul berbagai tanaman hias, sayuran, buah-buahan, pangan dan tanaman hortikultura lainnya. Selain itu juga saat ini telah dikembangkan tanaman perkebunan dan tanaman kehutanan melalui teknik kultur jaringan. Terutama untuk tanaman yang secara ekonomi menguntungkan untuk diperbanyak melalui kultur jaringan, sudah banyak dilakukan secara industrial. Namun ada beberapa tanaman yang tidak menguntungkan bila dikembangkan dengan kultur jaringan, misalnya: kecepatan multiplikasinya terlalu rendah, terlalu banyak langkah untuk mencapai tanaman sempurna atau terlalu tinggi tingkat penyimpangan genetik.
Masyarakat pecinta tanamanan aggrek adalah yang paling dahulu tertarik dengan perbanyakan tanaman dengan
sistem kultur jaringan. Sistem kultur jaringan ini dapat menghasilkan
bibit-bibit anggrek dalam jumlah banyak. Bibit-bibit anggrek hasil dari kultur
jaringan memiliki kualitas yang sangat baik dengan warna bunga yang seragam.
bunga anggrek |